Idulfitri 2024
“Memaafkan atau dimaafkan?”
Ketika
mendengar kata Idulfitri, apa yang terlintas di pikiran kita? Ya, salah satunya
adalah mudik. Mudik dilakukan setiap tahun bukan hanya untuk orang-orang muslim
tetapi nonmuslim pun melakukan itu. Mereka pulang ke kampung halaman untuk
liburan dan bertemu dengan sanak saudara. Apakah
Idulfitri cukup ditandai dengan mudik untuk bersilaturahmi kepada sanak saudara
dan kerabat? Apakah hanya sebuah euforia?
Idulfitri
merupakan momen agung bagi umat Islam yang dirayakan dengan gema takbir,
tasbih, tahmid, dan tahlil. Pada saat Idulfitri umat Islam dianjurkan atau
disunahkan menggunakan pakaian baru dan menyantap makanan lezat. Namun, makna
Idulfitri bukan sekadar merayakannya dengan pakaian baru itu, tetapi
meningkatkan derajat kualitas keimanan, kesalehan, dan ketakwaan. Momen
Idulfitri sebagai hari kemenangan, hendaknya dimanfaatkan untuk memperbaiki dan
menyucikan diri dari dosa yang telah dilakukan. Jika Idulfitri berarti
kembalinya seseorang ke dalam keadaan suci atau terbebas dari segala dosa,
sudah seharusnya orang tersebut akan selalu berbuat benar dan baik, bahkan
memberi maaf kepada orang yang melakukan kesalahan.
Lalu
“memaafkan atau dimaafkan?” Mari melakukan keduanya. Idulfitri adalah waktu untuk
memperbaiki, memaafkan dan merenung. Idulfitri bukan sekadar mudik atau euforia
saja. Mari jadikan momentum hari kemenangan ini untuk menjadi manusia yang
semakin baik dengan bersilaturahmi untuk meminta maaf, memberi
maaf dan menjadi seorang pemaaf. Selamat merayakan hari
yang fitri. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian
merasuk kembali ke jiwa kita yang telah fitri (suci).
Sumber:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/21/100000179/arti-dan-makna-idul-fitri
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-jakarta3/baca-artikel/15021/Makna-Idul-Fitri-dan Lebaran.html